GANG KUCING Bag.3
(Abang Sayang#2)
SMI, 10:46 AM. 02/11/2014
“Kapan-kapan lu kudu maen ke kandang
ane, Bro.”
Venti mangguk-mangguk. “Apa tadi
namanya? Gang Kucing?”
“Yup.”
“Hmmm.” Venti mencoba mencatat nama
Gang Kucing di ingatan.
“Gue cus dulu, Ven, takut keburu
ujan, nih.” Kataku sambil menuntun scoopy ke pelataran luas dekat area parkir.
Venti melambaikan tangannya padaku
sambil berteriak, “Ati-ati di jalannn… Perasaan gue lagi kagak enak!”
“Iye, Nyak!” Balasku, ngakak.
Scoopy manisku segera meluncur,
deras menerobos hiruk-pikuk pengendara ibu kota.
*****
Langit sore bermuram-durja, berkaca
di genangan air hujan. Udara dingin seakan berebut masuk ke dalam tulang.
Baru saja tiba di muka Gang, mataku
segera menangkap sosok berbulu sedang bersidekap di pos ronda – sebetulnya pos
itu lebih sering dibuat camp tempat kumpul-kumpul pemuda kostan Bu Haji Salamah
daripada digunakan sesuai fungsi yang seharusnya.
Jreng!
Tampak tiga pemuda seusiaku
genjrang-genjreng tak karuan. Segera kuhentikan motorku untuk sekedar
memastikan apa yang baru saja kulihat. Seekor kucing berbulu abu dan tiga
pemuda tongkrongan penghuni Gang Kucing yang sama-sama sedang galau. Hehe.
“Oyy, biar musim lagi berrr kayak
gini tapi posko tetep rame yah, cakep toh.” Seruku.
“Yo-i, sini gabung, Al.” Mas Ari
melambai padaku.
“Iye, sini gabung, ngopi-ngopi
sini.” Sambung Mas Kohar, disambut anggukan mas-mas yang satu lagi, dia
pendatang baru di kostan Bu Haji Salamah.
“Ogah, ah, capek. Lain kali aja deh,
yak.” Kataku bersiap melaju kembali.
“Haha, oke lah.” Sahut Mas Ari,
kemudian memberi isyarat supaya musik diperdengarkan lagi.
Aku melengang, menyusuri Gang Kucing
yang sedari pagi disiram air hujan. Kulambatkan laju motorku. Tinggal dua rumah
lagi, nyampe dah.
*****
Baru saja kuparkir motor di halaman,
sebuah suara segera menghentikan langkahku sebelum masuk rumah.
“Abang…! Ke mana lagi tuh kucing??”
Kutengok asal suaranya. Kulihat
Bunda Yhatie sedang mencari sesuatu dari balik pagar rumahnya. Rumah kami
memang berseberangan, hanya pintu pagar rumah kami saja yang tidak pas
berhadapan.
Tampaknya Bunda Yhatie sedang
mencari kucingnya. Genting-genting rumah sekitar tak luput dari perhatiannya.
Tapi apa yang dicarinya masih belum menampakkan diri.
“Hehe.” Aku terkekeh
memperhatikannya.
Si Abang, kucing berbulu abu
kesayangan Bunda Yhatie memang kabarnya lagi kurang betah di rumah. Banyak
sekali ulahnya Si Abang, mulai aksi tawuran sampai aksi kabur dari rumah. Hm,
hmmm, ada-ada saja.
“Si Abang lagi nongkrong di pos
ronda, Bun!” Seruku, melongokkan kepala.
Bunda Yhatie berhenti, melihat ke
arahku seolah minta aku mengulang lagi. Aku senyum-senyum saja sebelum akhirnya
buru-buru berbalik menuju pintu.
Bersambung....
(Thanks buat Mama Okta Leni yang
udah ngingetin soal lanjutan cerita 'Gang Kucing' hehe untuk judul 'Abang
Sayang' ini kayak x bakalan panjaaaangg bingit wkwkwk, ouh iya, Mba Venti
Yunita pinjem namanya nih, gpp? hehe. Bro Ari Saputra disenggol dikit nih di
pos ronda depan Gang Kucing xixixi)
*****
Jum’at, 21 November 2014
Akhirnya jaringan internet sudah kembali pulih.
Jadi bisa posting cerita lagi, nih. Hehe.
0 komentar:
Posting Komentar