Rabu, 05 November 2014

Gang Kucing Bag.2

0 komentar


GANG KUCING Bag.2
(Apalah Arti Sebuah Nama)
Gang Kucing memang berbeda dari gang-gang lainnya di kawasan Kampung Asri yang kebanyakan dinamai dengan nama-nama pahlawan nasional seperti Gang Otista (singkatan dari Otto Iskandar Dinata), Gang  Dewi Sartika, Gang Abdul Muis, Gang Surjopranoto, de el el.
Pernah, nama Gang Kucing bermaksud diganti oleh pihak RW dengan alasan penyeragaman tema. Namanya harus diambil dari nama pahlawan nasional juga. Begini cerita selengkapnya.
“Ciyeee, sampe segitunya nih, Pak Erwe.” Ledek salah seorang warga ketika membaca surat undangan pertemuan terkait rencana perubahan nama untuk Gang Kucing.
Besoknya, seluruh kepala keluarga sama-sama hadir di ruang pertemuan. Pembicaraan terkesan alot.
“Apalah arti sebuah nama, Pak Erwe. Kita sudah cukup familiar dengan nama Gang Kucing, tak usah lah diganti.” Pak Gus mengajukan usul penolakan. Nada baritonnya menggema di seisi balai pertemuan. Hadirin yang turut hadir membuat isyarat persetujuan dengan tepuk tangan meriah, sesekali ada suitan dari tempat duduk paling belakang. Ruangan bergemuruh seru. Pak Erwe duduk menekuk pundak seraya mengelus janggut yang sudah sebagian memutih. Diliriknya ketiga orang di samping kiri dan kanannya. Pak Roy, selaku sekretaris, hanya terdiam menunggu keputusan tetua. Beberapa saat kemudian, rapat ditutup, hadirin dipersilakan bubar.
“Saya juga kurang setuju, Pak. Nama gang kucing, kan, lebih berkarakter, punya filosofi tersendiri dibandingkan dengan gang lain.” Ujar seorang pemuda jangkung saat meninggalkan balai pertemuan.
Bapak yang sedari tadi diajak berbicara turut menimpali, “Seharusnya begitu.”
“Seandainya mau diseragamkan dengan gang lain, lebih baik gang lain saja yang diganti dengan nama-nama hewan, misalnya: gang monyet, gang tikus, gang…”
“Gang guk-guk.” Seseorang berseloroh di tengah ramainya pembicaraan. Serempak menoleh lalu protes, “Jangan pake nama yang itu!”
“Hehe.” Mas Ari cengar-cengir.
“Sudahlah, mudah-mudahan Pak Erwe mau memikirkan kembali suara hati kita. Semoga Gang Kucing tidak akan pernah diganti dengan nama Ahmad Yani.”
“Amiin….” Koor, bapak-bapak mengamini ucapan Om Shion.
Aku dan Ratih yang kebetulan sedang mampir ke rumah Mpok May siang itu tanpa sengaja mendengarkan semua pembicaraan bapak-bapak yang baru pulang dari acara pertemuan warga.
“Jadi betul, ya, gang ini mau diganti nama?” Ratih melirik padaku.
“Katanya, sih, begitu.”
“Memangnya mau diganti sama apa, Mpok?” Ratih beralih menatap Mpok May yang sedang siap-siap menyiram bunga-bunga di pot halaman rumahnya. Aku tetap menyimak sambil melihat-lihat majalah.
“Katanya mau diganti sama nama Pahlawan.”
“Oh? Kayak Superman begitu, Mpok?” Tebak Ratih. Aku ngakak.
“Gang Superman? Mana pantes, lha.” Mpok May geleng-geleng tak setuju.
“Misalnya…” Ralat Ratih, tersipu.
“Pake nama pahlawan lokal aja, misalnya Pitung.” Usulku asal.
“Jaka Tingkir.”
“Nggak, bagusan Jaka Gledek.” Kataku lagi ikutan ngaco, memangnya Jaka Tingkir sama Jaka Gledek masuk kategori pahlawan gitu? Wkwkwk.
“Udah sono, sampaikan langsung ke Pak Erwe.” Seru Mpok May sambil mengangkat ember ke dekat pot. Aku dan Ratih saling pandang. “Hehe…” Ide bagus, pikirku. Tiba-tiba Mpok May terpekik kaget. Gayung berisi air cepat ditariknya dari sasaran penyiraman.
 “Ya, ampun!”
“Kenapa, Mpok?” Spontan, Ratih melompat dari kursi, takut terjadi apa-apa.
Mpok May menuding ke arah pot. Seekor anak kucing sedang tertidur pulas di dalam pot.
“Hahaha.”
“Pindahin, Mpok, nanti kesiram.” Ratih terkekeh geli.
“Hadeh, gak usah, biarin aja, gak jadi disiram aja deh, hehe.” Hampir saja Si Uwang, kucing kecil piaraan Mpok May itu, kena serangan air dari gayung, hihihi. Acara siram tanaman sedikit terganggu dengan ditemukannya Uwang di pot tanaman. Ceritanya Uwang lagi ngadem, hehehe.
“Zzzzzzzz…”
Udara siang itu tambah sangar, panasnya nampol. Buku-buku majalah di meja depan rumah Mpok May sudah beralih fungsi menjadi kipas. Debu jalanan memilih pagar-pagar halaman dan pohon-pohon di depan rumah warga untuk bersembunyi dari angin yang terus mengajak bermain.
Namun, udara semacam itu tidak jadi masalah untuk sebagian warga yang senang berkumpul, terutama di Kafe Bang Ainu. Akibat udara yang panas, ditambah obrolan seputar rapat warga hari itu yang gak ada matinya, aneka Jus Bang Ainu laris seketika.
*****
Ah, besoknya warga senang sekali. Ada kabar gembira. Sekretaris RW menyampaikan keputusan Ketua RW melalui pertemuan tertutup dengan pejabat RT setempat bahwa Gang Kucing tidak jadi diganti dengan nama Ahmad Yani.
“Alhamdulillah…” Warga yang mendengar berita itu segera mengucap syukur.
Gang Kucing :)
*****

0 komentar:

Posting Komentar