GANG KUCING Bag.2
(Apalah Arti Sebuah Nama)
Gang Kucing memang berbeda dari gang-gang lainnya di kawasan
Kampung Asri yang kebanyakan dinamai dengan nama-nama pahlawan nasional seperti
Gang Otista (singkatan dari Otto Iskandar Dinata), Gang Dewi Sartika, Gang Abdul Muis, Gang Surjopranoto,
de el el.
Pernah, nama Gang Kucing bermaksud diganti oleh pihak RW dengan
alasan penyeragaman tema. Namanya harus diambil dari nama pahlawan nasional
juga. Begini cerita selengkapnya.
“Ciyeee, sampe segitunya nih, Pak Erwe.” Ledek salah seorang
warga ketika membaca surat undangan pertemuan terkait rencana perubahan nama
untuk Gang Kucing.
Besoknya, seluruh kepala keluarga sama-sama hadir di ruang
pertemuan. Pembicaraan terkesan alot.
“Apalah arti sebuah nama, Pak Erwe. Kita sudah cukup
familiar dengan nama Gang Kucing, tak usah lah diganti.” Pak Gus mengajukan
usul penolakan. Nada baritonnya menggema di seisi balai pertemuan. Hadirin yang
turut hadir membuat isyarat persetujuan dengan tepuk tangan meriah, sesekali
ada suitan dari tempat duduk paling belakang. Ruangan bergemuruh seru. Pak Erwe
duduk menekuk pundak seraya mengelus janggut yang sudah sebagian memutih.
Diliriknya ketiga orang di samping kiri dan kanannya. Pak Roy, selaku
sekretaris, hanya terdiam menunggu keputusan tetua. Beberapa saat kemudian, rapat
ditutup, hadirin dipersilakan bubar.
“Saya juga kurang setuju, Pak. Nama gang kucing, kan, lebih
berkarakter, punya filosofi tersendiri dibandingkan dengan gang lain.” Ujar
seorang pemuda jangkung saat meninggalkan balai pertemuan.
Bapak yang sedari tadi diajak berbicara turut menimpali,
“Seharusnya begitu.”
“Seandainya mau diseragamkan dengan gang lain, lebih baik
gang lain saja yang diganti dengan nama-nama hewan, misalnya: gang monyet, gang
tikus, gang…”
“Gang guk-guk.” Seseorang berseloroh di tengah ramainya
pembicaraan. Serempak menoleh lalu protes, “Jangan pake nama yang itu!”
“Hehe.” Mas Ari cengar-cengir.
“Sudahlah, mudah-mudahan Pak Erwe mau memikirkan kembali
suara hati kita. Semoga Gang Kucing tidak akan pernah diganti dengan nama Ahmad
Yani.”
“Amiin….” Koor, bapak-bapak mengamini ucapan Om Shion.
Aku dan Ratih yang kebetulan sedang mampir ke rumah Mpok May
siang itu tanpa sengaja mendengarkan semua pembicaraan bapak-bapak yang baru
pulang dari acara pertemuan warga.
“Jadi betul, ya, gang ini mau diganti nama?” Ratih melirik
padaku.
“Katanya, sih, begitu.”
“Memangnya mau diganti sama apa, Mpok?” Ratih beralih
menatap Mpok May yang sedang siap-siap menyiram bunga-bunga di pot halaman
rumahnya. Aku tetap menyimak sambil melihat-lihat majalah.
“Katanya mau diganti sama nama Pahlawan.”
“Oh? Kayak Superman begitu, Mpok?” Tebak Ratih. Aku ngakak.
“Gang Superman? Mana pantes, lha.” Mpok May geleng-geleng tak
setuju.
“Misalnya…” Ralat Ratih, tersipu.
“Pake nama pahlawan lokal aja, misalnya Pitung.” Usulku
asal.
“Jaka Tingkir.”
“Nggak, bagusan Jaka Gledek.” Kataku lagi ikutan ngaco,
memangnya Jaka Tingkir sama Jaka Gledek masuk kategori pahlawan gitu? Wkwkwk.
“Udah sono, sampaikan langsung ke Pak Erwe.” Seru Mpok May
sambil mengangkat ember ke dekat pot. Aku dan Ratih saling pandang. “Hehe…” Ide
bagus, pikirku. Tiba-tiba Mpok May terpekik kaget. Gayung berisi air cepat
ditariknya dari sasaran penyiraman.
“Ya, ampun!”
“Kenapa, Mpok?” Spontan, Ratih melompat dari kursi, takut terjadi
apa-apa.
Mpok May menuding ke arah pot. Seekor anak kucing sedang
tertidur pulas di dalam pot.
“Hahaha.”
“Pindahin, Mpok, nanti kesiram.” Ratih terkekeh geli.
“Hadeh, gak usah, biarin aja, gak jadi disiram aja deh,
hehe.” Hampir saja Si Uwang, kucing kecil piaraan Mpok May itu, kena serangan
air dari gayung, hihihi. Acara siram tanaman sedikit terganggu dengan ditemukannya
Uwang di pot tanaman. Ceritanya Uwang lagi ngadem, hehehe.
“Zzzzzzzz…”
Udara siang itu tambah sangar, panasnya nampol. Buku-buku
majalah di meja depan rumah Mpok May sudah beralih fungsi menjadi kipas. Debu
jalanan memilih pagar-pagar halaman dan pohon-pohon di depan rumah warga untuk
bersembunyi dari angin yang terus mengajak bermain.
Namun, udara semacam itu tidak jadi masalah untuk sebagian
warga yang senang berkumpul, terutama di Kafe Bang Ainu. Akibat udara yang
panas, ditambah obrolan seputar rapat warga hari itu yang gak ada matinya,
aneka Jus Bang Ainu laris seketika.
*****
Ah, besoknya warga senang sekali. Ada kabar gembira. Sekretaris
RW menyampaikan keputusan Ketua RW melalui pertemuan tertutup dengan pejabat RT
setempat bahwa Gang Kucing tidak jadi diganti dengan nama Ahmad Yani.
“Alhamdulillah…” Warga yang mendengar berita itu segera
mengucap syukur.
Gang Kucing :)
*****
0 komentar:
Posting Komentar