Obat Luka di Mulut Kucing
By. AlLiana
Sedikit
cerita dari pengalaman pribadi. Salam untuk para pecinta kucing :)
"Beri cefadroxyl 2 x 1/6 kapsul, CTM 2 x 1/4 tab, Dexamethason 4mg 2 x 1/4 tab, diminumkan semua. Kemudian beli Efisol, dioles ke mulut dan gusi; beli nutriplus gel vitamin di petshop (berikan 3x sehari."
Begitu resep selengkapnya dari Drh kenalanku melalui pesan singkat.
"Banyak bangettttt???" pikirku ngeri, sekali-sekali melirik Timy si Kucing centil yang kutemukan tujuh bulan yang lalu di teras rumah. Aku membayangkan bagaimana aksinya saat dicekokin obat, seperti yang sudah-sudah itu, lho: Nyakar, ngigit, . Hiiiiii.... Bagaimana ini sodara-sodaraku sekalian????
Refleks segera kuketik SMS balasan: "Dok, niat banget nih ngasi obat? Heumm... kucing aku dari ras lokal, kok, heheee." sejenak kubaca ulang sebelum 'send'. Lagi-lagi kulirik tampang manis di atas meja itu. Gigi-giginya menantangku seketika saat menguap lebar. Haaaa... OMG
Jadi ingat setiap kali Timy dicekokin obat cacing Drontal sebulan sekali. Butuh tiga relawan untuk membantu proses pencekokan, ada yang pegang kaki depan, kaki belakang, mulut, nahan badannya, ada yang kebagian masukin obat dari pipet ke mulut. Huaaaa, berhasil, sih, meskipun kami-kami ini dapat tanda berupa garis-garis minimal sepanjang 5 cm yang menyakitkan di tangan huehehe. Nah, terus gimana ceritanya nanti, dengan daftar obat yang sebanyak ini? Gkgkgk, lu sih, bandel.... kenapa bisa mulut sobek sepulang maennnnn.., hiks. Cape deee... Timiiiiiiiiiii!
Hmmm, jadi... SMS balasannya dikirim jangan nih? Ehm, tut tut tut tuuuuutttttttt.... Huruf-huruf di-delete. Otakku kembali berpikir bijak, cieeee... Kucing dari ras apapun wajib ditolong. Jangan membeda-bedakan... Udah, let's go ke petshop!
Huhuhu... Melangkahlah kakiku dalam keterpaksaan tanpa melirik kembali bagaimana Timy berakting dengan kuku-kukunya meraut meja, cukup mendengar bunyi rautannya saja ngeri sangat, hiks, selamat kena damprat My Emak aja, luh, kalo sampai ketahuan. Xixixi :B
*****
Sepanjang jalan menuju petshop, kubaca ulang daftar resep dari Drh.Farhan. "Ah... banyak amat, sih? Bisa nyampe ratusan ribu, nih. Ah, coba satu obat aja dulu." Kuteliti satu-satu, mana yang kelihatannya lebih penting untuk dibeli. Aha! Ini nih, Efisol oles. Setahuku, itu obat buat luka, radang mulut, de el el. "Coba beli Efisol aja ah, buat lukanya aja! Yang perlu diobatin kan cuma lukanya aja?! Ya, kan??? Resep yang lain... kayaknya gak penting-penting amat tuh (maybe) heheheee" Hatiku nyerocos sendiri. Sok tau, kan? Beginilah saat naluri seorang dokter hewan lagi mencuat ke permukaan. Bawaannya selalu ingin bereksperimen tentang bagaimana mengurus pasien yang sakit tanpa manut seratus persen sama aturan yang disesuaikan hahaaaa eh, ngaco! Petshop-nya sampe kelewat 100 meter gara-gara cengar-cengir sendiri, hihi, parah.
Tadaaaa! Pintu toko dibuka, dan membrudullah seketika sosok-sosok mengerikan sebesar anak kambing. Aku berusaha menghindar ke kiri. Gerakan spontan yang berhasil membuat senggolan keras yang menghasilkan bunyi, "guikkk!" Hiiii, pias seketika wajahku.
"Bobi! Pam-pam! Masuk!" Sebuah teriakan dari dalam mengalihkan perhatian kami (baca: Aku, Bobi, dan Pam-pam). Seperti kena sihir, duo anjing besar itu berloncatan menghampiri si empunya. Aku bengong. Bengong kenapa? Bobi.......! 'Bobi' itu nama sodarakuuuuuu! Heh! Sembarangan aja copy paste nama orang buat binatang! iiiiiii, amit-amiiiiitttt...
"Mau beli apa?"
Wanita yang tadi memanggil anjing-anjingnya dengan panggilan Bobi dan Pam-pam, bertanya padaku sebelum aku ngamuk, ngacak-ngacak isi toko akibat perkara nama anjing itu, ( Hiks, pulang dari toko harus laporan segera nih, sodaraku harus mau namanya diganti, gak peduli orang-orang nganggep aku kesambet apaan. Pokoknya gantiiiiiiiiii!)
"Mau beli apa??" wanita itu kembali bertanya dengan saaaangat ramah. Melihat aku terpaku dekat ambang pintu seraya memperhatikan anjing-anjingnya yang kini tengah melingkar-lingkarkan tubuhnya dengan manja di kakinya, rupanya dia sudah tau apa yang harus dilakukan. "Bobi, Pam-pam. Go!" Serunya kepada anjing-anjing itu sambil menjentikkan telunjuk ke arah pintu yang satu lagi. Berlarianlah kedua makhluk itu. Aku tambah nyengir. Ups, rencananya sih mau senyum, tapi jadinya malah 'nyengir'. Haaa... Wanita itu kembali menatapku dengan mata sipitnya, masih dengan senyum, senyum yang seakan ingin berubah menjadi tawa geli.
Aku mengangguk, mencoba lebih santai. "Saya perlu Efisol."
"Efisol?"
"Ya, Efisol oles untuk luka." Kataku.
"Emmm... Kita gak punya..." Jawabnya setelah beberapa detik menebarkan pandangannya ke rak-rak obat. "Obatnya lagi kosong... Buat apa? Kucing? " Tanyanya kembali ketika melihat reaksi lesu di wajahku.
"Ya... Udah seminggu, luka sobek di mulut. Kata dokternya harus pake Efisol oles." jelasku disertai anggukan-anggukan kecil tanda wanita tersebut antusias mendengar penuturanku.
"Sudah dicoba pake Betadine?"
"Nggak, kan di mulut. Takut ketelen."
"Nggak apa-apa, kok, Betadine gak masalah kalo ketelen..."
"Gitu, ya?" Sontak aku kembali bersemangat. Ada temuan baru nih.
"Iya. Coba dulu, deh." Sarannya.
Walhasil, aku kembali pulang dengan langkah riang. Kalo cuma pake Betadine, gak ribet lah hehe. Tetesin aja tiap Timy lagi tidur, beres. Tapi jujur, euy, aku jelas dag-dig-dug, takut gatot. Gimana kalo nantinya malah diluar prediksi: Kucingnya keracunan, atau bahkannnnn sampai mati?!!! Oh, no!
(tobe continue..)
Hehe, bagaimana kisah selanjutnya? Just wait..
"Beri cefadroxyl 2 x 1/6 kapsul, CTM 2 x 1/4 tab, Dexamethason 4mg 2 x 1/4 tab, diminumkan semua. Kemudian beli Efisol, dioles ke mulut dan gusi; beli nutriplus gel vitamin di petshop (berikan 3x sehari."
Begitu resep selengkapnya dari Drh kenalanku melalui pesan singkat.
"Banyak bangettttt???" pikirku ngeri, sekali-sekali melirik Timy si Kucing centil yang kutemukan tujuh bulan yang lalu di teras rumah. Aku membayangkan bagaimana aksinya saat dicekokin obat, seperti yang sudah-sudah itu, lho: Nyakar, ngigit, . Hiiiiii.... Bagaimana ini sodara-sodaraku sekalian????
Refleks segera kuketik SMS balasan: "Dok, niat banget nih ngasi obat? Heumm... kucing aku dari ras lokal, kok, heheee." sejenak kubaca ulang sebelum 'send'. Lagi-lagi kulirik tampang manis di atas meja itu. Gigi-giginya menantangku seketika saat menguap lebar. Haaaa... OMG
Jadi ingat setiap kali Timy dicekokin obat cacing Drontal sebulan sekali. Butuh tiga relawan untuk membantu proses pencekokan, ada yang pegang kaki depan, kaki belakang, mulut, nahan badannya, ada yang kebagian masukin obat dari pipet ke mulut. Huaaaa, berhasil, sih, meskipun kami-kami ini dapat tanda berupa garis-garis minimal sepanjang 5 cm yang menyakitkan di tangan huehehe. Nah, terus gimana ceritanya nanti, dengan daftar obat yang sebanyak ini? Gkgkgk, lu sih, bandel.... kenapa bisa mulut sobek sepulang maennnnn.., hiks. Cape deee... Timiiiiiiiiiii!
Hmmm, jadi... SMS balasannya dikirim jangan nih? Ehm, tut tut tut tuuuuutttttttt.... Huruf-huruf di-delete. Otakku kembali berpikir bijak, cieeee... Kucing dari ras apapun wajib ditolong. Jangan membeda-bedakan... Udah, let's go ke petshop!
Huhuhu... Melangkahlah kakiku dalam keterpaksaan tanpa melirik kembali bagaimana Timy berakting dengan kuku-kukunya meraut meja, cukup mendengar bunyi rautannya saja ngeri sangat, hiks, selamat kena damprat My Emak aja, luh, kalo sampai ketahuan. Xixixi :B
*****
Sepanjang jalan menuju petshop, kubaca ulang daftar resep dari Drh.Farhan. "Ah... banyak amat, sih? Bisa nyampe ratusan ribu, nih. Ah, coba satu obat aja dulu." Kuteliti satu-satu, mana yang kelihatannya lebih penting untuk dibeli. Aha! Ini nih, Efisol oles. Setahuku, itu obat buat luka, radang mulut, de el el. "Coba beli Efisol aja ah, buat lukanya aja! Yang perlu diobatin kan cuma lukanya aja?! Ya, kan??? Resep yang lain... kayaknya gak penting-penting amat tuh (maybe) heheheee" Hatiku nyerocos sendiri. Sok tau, kan? Beginilah saat naluri seorang dokter hewan lagi mencuat ke permukaan. Bawaannya selalu ingin bereksperimen tentang bagaimana mengurus pasien yang sakit tanpa manut seratus persen sama aturan yang disesuaikan hahaaaa eh, ngaco! Petshop-nya sampe kelewat 100 meter gara-gara cengar-cengir sendiri, hihi, parah.
Tadaaaa! Pintu toko dibuka, dan membrudullah seketika sosok-sosok mengerikan sebesar anak kambing. Aku berusaha menghindar ke kiri. Gerakan spontan yang berhasil membuat senggolan keras yang menghasilkan bunyi, "guikkk!" Hiiii, pias seketika wajahku.
"Bobi! Pam-pam! Masuk!" Sebuah teriakan dari dalam mengalihkan perhatian kami (baca: Aku, Bobi, dan Pam-pam). Seperti kena sihir, duo anjing besar itu berloncatan menghampiri si empunya. Aku bengong. Bengong kenapa? Bobi.......! 'Bobi' itu nama sodarakuuuuuu! Heh! Sembarangan aja copy paste nama orang buat binatang! iiiiiii, amit-amiiiiitttt...
"Mau beli apa?"
Wanita yang tadi memanggil anjing-anjingnya dengan panggilan Bobi dan Pam-pam, bertanya padaku sebelum aku ngamuk, ngacak-ngacak isi toko akibat perkara nama anjing itu, ( Hiks, pulang dari toko harus laporan segera nih, sodaraku harus mau namanya diganti, gak peduli orang-orang nganggep aku kesambet apaan. Pokoknya gantiiiiiiiiii!)
"Mau beli apa??" wanita itu kembali bertanya dengan saaaangat ramah. Melihat aku terpaku dekat ambang pintu seraya memperhatikan anjing-anjingnya yang kini tengah melingkar-lingkarkan tubuhnya dengan manja di kakinya, rupanya dia sudah tau apa yang harus dilakukan. "Bobi, Pam-pam. Go!" Serunya kepada anjing-anjing itu sambil menjentikkan telunjuk ke arah pintu yang satu lagi. Berlarianlah kedua makhluk itu. Aku tambah nyengir. Ups, rencananya sih mau senyum, tapi jadinya malah 'nyengir'. Haaa... Wanita itu kembali menatapku dengan mata sipitnya, masih dengan senyum, senyum yang seakan ingin berubah menjadi tawa geli.
Aku mengangguk, mencoba lebih santai. "Saya perlu Efisol."
"Efisol?"
"Ya, Efisol oles untuk luka." Kataku.
"Emmm... Kita gak punya..." Jawabnya setelah beberapa detik menebarkan pandangannya ke rak-rak obat. "Obatnya lagi kosong... Buat apa? Kucing? " Tanyanya kembali ketika melihat reaksi lesu di wajahku.
"Ya... Udah seminggu, luka sobek di mulut. Kata dokternya harus pake Efisol oles." jelasku disertai anggukan-anggukan kecil tanda wanita tersebut antusias mendengar penuturanku.
"Sudah dicoba pake Betadine?"
"Nggak, kan di mulut. Takut ketelen."
"Nggak apa-apa, kok, Betadine gak masalah kalo ketelen..."
"Gitu, ya?" Sontak aku kembali bersemangat. Ada temuan baru nih.
"Iya. Coba dulu, deh." Sarannya.
Walhasil, aku kembali pulang dengan langkah riang. Kalo cuma pake Betadine, gak ribet lah hehe. Tetesin aja tiap Timy lagi tidur, beres. Tapi jujur, euy, aku jelas dag-dig-dug, takut gatot. Gimana kalo nantinya malah diluar prediksi: Kucingnya keracunan, atau bahkannnnn sampai mati?!!! Oh, no!
(tobe continue..)
Hehe, bagaimana kisah selanjutnya? Just wait..
0 komentar:
Posting Komentar