BELAJAR DARI PAK KUMIS
(Serial My Timy)
Sore itu aku kaget. Makanan Timy habis! Kaget campur seneng,
sih. Nafsu makan Timy mungkin sudah mulai stabil, hehehe, yesss! Akhirnya aku
mulai memberi makan Timy dengan porsi dumbo.
Setelah penemuan tempat makan Timy yang kosong itu, pada jam
makan berikutnya, aku mulai mengintai dari kejauhan. Timy yang duluan makan.
Tapi, ya, begitulah… Timy Cuma makan sedikit, lantas pergi. Hiks, jadi…?? Siapa
yang bantuin Timy makan???
Karena kesibukanku, soal tempat makan yang kosong itu sudah
tidak kupedulikan lagi. Jarang banget punya kesempatan nonton Timy lagi makan.
Akunya jarang di rumah, sih. Tugas memberi makan sudah kumandatkan pada
saudaraku di rumah. Tiap pulang aktivitas, tau-tau tempat makan sudah lumayan
bersih dari sisa. Mungkin ada tamu tak diundang? Ya, begitu mungkin, betul
begitu. Tapi biasanya kalau ada tamu tak diundang, tidak sampai habis bersih
seperti itu tempat makannya. Ah… pusing, bodo amat lah.
*****
– Minggu Sore –
Minggu sore, biasanya aku lumayan santai: tidak ada jadwal
ke luar, kuhabiskan dengan istirahat sambil tulis-tulis sesuatu di meja kerja.
Sampai jam 5 sore, Timy masuk ke ruangku, meong-meong lalu pergi, itu artinya
ngajak ke luar, aku ikuti. Oh, soal tempat makanan: masih kosong. Timy
memandangi tempat makannya dan aku secara bergantian. “Mintak makannnn, Broo.”
Begitu kira-kira kalo Timy bisa ngomong.
………..
“Habiskan!” kataku sambil menyodorkan menu makan sorenya
Timy. Aku segera kembali ke meja kerja. Baru saja duduk dan menulis hingga
beberapa menit, kudengar suara ribut di belakang. Suara geraman Timy
mendominasi keributan. Ya, itu suara Timy. Bergegas aku menuju TKP. Dan…
rupanya sudah ada satu kucing lagi di sana, dengan lahap dia makan makanan
Timy. Setahuku, Timy tidak terima, makanya Timy menggeram-geram ribut, tapi…
luar biasa, kucing tak diundang itu cuek bebek, makan teruuuus tanpa menoleh.
Aku bengong.
“Sudah, Timy. Biarin…” Kugendong kucingku yang masih
ngambek. Kubawa ke ruang lain. Lalu kutengok kembali ke tempat makan. Kucing
itu gemuk, berbulu halus dan bersih, berekor panjang. Menurutku, usianya tidak
jauh berbeda dengan Timy.
“Nah, kucing itu lagi!” Seru adikku yang tiba-tiba nongol.
“Iya, nih. Kucing punya siapa? Kayaknya kelaperan.” Kataku
prihatin. Ketika kuelus kepalanya, kucing itu tidak berusaha menghindar, hanya
menoleh sebentar kemudian meneruskan makan.
*****
PAK KUMIS
Sore itu, kudapatkan informasi tentang kucing yang selama
ini menghabiskan makanan Timy. Kucing malang, kucing yang dipelihara untuk dijadikan
mainan anak-anak. Sering kucing itu main ke rumah, bahkan menginap
berhari-hari, tidur di kursi kesayangan Timy, dll. Pernah satu malam, tetangga
pemilik kucing tersebut datang ke rumah. Anaknya nangis terus minta kucingnya
dibalikin. Mama sempat marah soal kucing yang kami pelihara diam-diam, apalagi
itu kucing punya orang. Ah, besoknya kucing itu balik lagi ke rumah dalam
kondisi pincang. Haduh… kasian.
Setelah berkali-kali kabur dari rumah majikannya, akhirnya
tetanggaku sudah tidak peduli. Mungkin sudah bosan, atau sudah pelihara kucing
baru untuk mainan anaknya. Begitulah, kucingnya malah betah tinggal di rumahku.
Setelah kupastikan kalau kucing itu tidak punya pemilik lagi, segera kulakukan
negosiasi singkat dengan Mama. Akhirnya
aku diizinkan memelihara satu kucing lagi secara legal! Yes!
“Selamat datang, Pak Kumis.” Kuberi nama ‘Pak Kumis’ untuk
teman barunya Timy di rumah ini.
Awal peresmian adopsi Pak Kumis di keluarga ini, Timy sangat
terganggu. Why not? Pak Kumis punya watak usil, gak pernah kapok ngusilin Timy,
bikin kesel Timy.
*****
TIMY
Semenjak sembuh dari sakit keras, Timy jadi banyak berubah:
yang tadinya gak bisa diem, sekarang jadi cenderung pasif, susah makan, gak mau
diganggu, sensitif. Yah, Timy yang sekarang, berbeda dengan Timy yang kukenal
dulu. Hiks.
Kehadiran Pak Kumis, kucing periang itu sempat membuat aku
was-was. Gimana kalo Timy akhirnya kabur gara-gara gak suka sama Kumis? Oh, no.
Makanya aku jadi super perhatian sama Timy. Sebagian waktuku kupakai untuk mengawasi
dua kucingku, Timy dan Kumis. Syukurlah, Pak Kumis gak pedulian sama sikap
judesnya Timy. Aku sering perhatikan, Timy ngambek-ngambek sama Pak Kumis, tapi
Pak Kumis ngeyel, gak pernah main lawan, digalakin sama Timy malah dibales
usil: Timy lagi diem, ekornya di pukul-pukul. Jadinya mereka bergumul seru.
Tapi aku tau, Pak Kumis gak nganggep serius, selang berapa menit dia deketin
Timy lagi di kursi. Lama-lama, Timy bosan, akhirnya cuek aja kalo ada Pak
Kumis. Hehehe. Timy udah gak peduli kalo Pak Kumis deket-deket dia di kursi
kesayangannya, Timy udah gak peduli setiap jam makan harus berbagi tempat
makannya dengan teman barunya itu. Timy udah gak semarah sebelumnya. Aku senang
donk, hehe. Aku jadi gak khawatir lagi soal mereka. Mulai sekarang aku sudah
bisa kembali beraktivitas di luar dengan tenang. Bermacam kegiatan menguras
perhatianku sampai kurang memperhatikan mereka di rumah. Aku pikir, semua pasti
aman. Mudah-mudahan mereka bisa saling menerima satu sama lain, hehe.
*****
TIMY DAN PAK KUMIS
Saatnya pulang! Aku tak sabar bertemu keluarga dan dua
kucingku di rumah setelah lima hari ada acara pelatihan di puncak. Sampai di
depan pintu, kuucap salam, lalu dua kucingku berebut ke luar. Aku disambut!
Hehehe. Anehnya, sekarang kulihat Timy sangat aktif, suara meongnya lebih
ceria; kulihat Pak Kumis, tambah gembrot, tambah usil. Seharian itu
kuperhatikan mereka. Sekarang Timy jadi ketularan jail, dua-duanya jadi jail!
Pak Kumis lagi diem, tiba-tiba Timy iseng ngintip trus nerjang kepala Pak
Kumis, akhirnya aksi kejar-kejaran terjadi. Hahaha, senangnya hatiku… Mereka sudah mulai akur. Timy sudah kembali
seperti dulu. Berkat Pak Kumis. Thank you, PAK KUMIS… hiks XD
*****
Dari situ, aku jadi banyak belajar dari Pak Kumis. Gimana
cara dia nanggepin sikap Timy yang judes.
Pak Kumis selalu periang, gak trauma akibat perlakuan
majikannya dulu, Pak Kumis tetap ceria. hehe. I Like it :)
*****
Hmmm, sekarang aku lagi kepikiran terus soal Pak Kumis dan
Timy, Setelah mereka akur, mereka jadi sering becanda berduaan, jarang main ke
luar, gak tau udah pada punya gebetan atau belum. Mereka berdua, kan, sama-sama
cowok. Sekarang akur banget... Makan berdua, tidur berdua, kemana-kemana sering
berdua. Bahkan cuma sekedar Pak Kumis puf aja, sempat-sempatnya Timy ngikut. Hadeh...
cape deh. Normal kah mereka???
Sepertinya harus diadakan penyelidikan lebih lanjut, dan
hasilnya harus dibuat kembali dalam bentuk cerita: ‘Serial: Gebetan Timy dan
Pak Kumis’. :D
But, thanks for reading
0 komentar:
Posting Komentar