Selasa, 23 September 2014

0 komentar
BELAJAR DARI PAK KUMIS
(Serial My Timy)

Sore itu aku kaget. Makanan Timy habis! Kaget campur seneng, sih. Nafsu makan Timy mungkin sudah mulai stabil, hehehe, yesss! Akhirnya aku mulai memberi makan Timy dengan porsi dumbo.

Setelah penemuan tempat makan Timy yang kosong itu, pada jam makan berikutnya, aku mulai mengintai dari kejauhan. Timy yang duluan makan. Tapi, ya, begitulah… Timy Cuma makan sedikit, lantas pergi. Hiks, jadi…?? Siapa yang bantuin Timy makan???

Karena kesibukanku, soal tempat makan yang kosong itu sudah tidak kupedulikan lagi. Jarang banget punya kesempatan nonton Timy lagi makan. Akunya jarang di rumah, sih. Tugas memberi makan sudah kumandatkan pada saudaraku di rumah. Tiap pulang aktivitas, tau-tau tempat makan sudah lumayan bersih dari sisa. Mungkin ada tamu tak diundang? Ya, begitu mungkin, betul begitu. Tapi biasanya kalau ada tamu tak diundang, tidak sampai habis bersih seperti itu tempat makannya. Ah… pusing, bodo amat lah.


*****

– Minggu Sore –

Minggu sore, biasanya aku lumayan santai: tidak ada jadwal ke luar, kuhabiskan dengan istirahat sambil tulis-tulis sesuatu di meja kerja. Sampai jam 5 sore, Timy masuk ke ruangku, meong-meong lalu pergi, itu artinya ngajak ke luar, aku ikuti. Oh, soal tempat makanan: masih kosong. Timy memandangi tempat makannya dan aku secara bergantian. “Mintak makannnn, Broo.” Begitu kira-kira kalo Timy bisa ngomong.

………..

“Habiskan!” kataku sambil menyodorkan menu makan sorenya Timy. Aku segera kembali ke meja kerja. Baru saja duduk dan menulis hingga beberapa menit, kudengar suara ribut di belakang. Suara geraman Timy mendominasi keributan. Ya, itu suara Timy. Bergegas aku menuju TKP. Dan… rupanya sudah ada satu kucing lagi di sana, dengan lahap dia makan makanan Timy. Setahuku, Timy tidak terima, makanya Timy menggeram-geram ribut, tapi… luar biasa, kucing tak diundang itu cuek bebek, makan teruuuus tanpa menoleh. Aku bengong.

“Sudah, Timy. Biarin…” Kugendong kucingku yang masih ngambek. Kubawa ke ruang lain. Lalu kutengok kembali ke tempat makan. Kucing itu gemuk, berbulu halus dan bersih, berekor panjang. Menurutku, usianya tidak jauh berbeda dengan Timy.

“Nah, kucing itu lagi!” Seru adikku yang tiba-tiba nongol.

“Iya, nih. Kucing punya siapa? Kayaknya kelaperan.” Kataku prihatin. Ketika kuelus kepalanya, kucing itu tidak berusaha menghindar, hanya menoleh sebentar kemudian meneruskan makan.

*****
PAK KUMIS
Sore itu, kudapatkan informasi tentang kucing yang selama ini menghabiskan makanan Timy. Kucing malang, kucing yang dipelihara untuk dijadikan mainan anak-anak. Sering kucing itu main ke rumah, bahkan menginap berhari-hari, tidur di kursi kesayangan Timy, dll. Pernah satu malam, tetangga pemilik kucing tersebut datang ke rumah. Anaknya nangis terus minta kucingnya dibalikin. Mama sempat marah soal kucing yang kami pelihara diam-diam, apalagi itu kucing punya orang. Ah, besoknya kucing itu balik lagi ke rumah dalam kondisi pincang. Haduh… kasian.

Setelah berkali-kali kabur dari rumah majikannya, akhirnya tetanggaku sudah tidak peduli. Mungkin sudah bosan, atau sudah pelihara kucing baru untuk mainan anaknya. Begitulah, kucingnya malah betah tinggal di rumahku. Setelah kupastikan kalau kucing itu tidak punya pemilik lagi, segera kulakukan negosiasi  singkat dengan Mama. Akhirnya aku diizinkan memelihara satu kucing lagi secara legal! Yes!

“Selamat datang, Pak Kumis.” Kuberi nama ‘Pak Kumis’ untuk teman barunya Timy di rumah ini.

Awal peresmian adopsi Pak Kumis di keluarga ini, Timy sangat terganggu. Why not? Pak Kumis punya watak usil, gak pernah kapok ngusilin Timy, bikin kesel Timy.

*****
TIMY

Semenjak sembuh dari sakit keras, Timy jadi banyak berubah: yang tadinya gak bisa diem, sekarang jadi cenderung pasif, susah makan, gak mau diganggu, sensitif. Yah, Timy yang sekarang, berbeda dengan Timy yang kukenal dulu. Hiks.

Kehadiran Pak Kumis, kucing periang itu sempat membuat aku was-was. Gimana kalo Timy akhirnya kabur gara-gara gak suka sama Kumis? Oh, no. Makanya aku jadi super perhatian sama Timy. Sebagian waktuku kupakai untuk mengawasi dua kucingku, Timy dan Kumis. Syukurlah, Pak Kumis gak pedulian sama sikap judesnya Timy. Aku sering perhatikan, Timy ngambek-ngambek sama Pak Kumis, tapi Pak Kumis ngeyel, gak pernah main lawan, digalakin sama Timy malah dibales usil: Timy lagi diem, ekornya di pukul-pukul. Jadinya mereka bergumul seru. Tapi aku tau, Pak Kumis gak nganggep serius, selang berapa menit dia deketin Timy lagi di kursi. Lama-lama, Timy bosan, akhirnya cuek aja kalo ada Pak Kumis. Hehehe. Timy udah gak peduli kalo Pak Kumis deket-deket dia di kursi kesayangannya, Timy udah gak peduli setiap jam makan harus berbagi tempat makannya dengan teman barunya itu. Timy udah gak semarah sebelumnya. Aku senang donk, hehe. Aku jadi gak khawatir lagi soal mereka. Mulai sekarang aku sudah bisa kembali beraktivitas di luar dengan tenang. Bermacam kegiatan menguras perhatianku sampai kurang memperhatikan mereka di rumah. Aku pikir, semua pasti aman. Mudah-mudahan mereka bisa saling menerima satu sama lain, hehe.

*****
TIMY DAN PAK KUMIS

Saatnya pulang! Aku tak sabar bertemu keluarga dan dua kucingku di rumah setelah lima hari ada acara pelatihan di puncak. Sampai di depan pintu, kuucap salam, lalu dua kucingku berebut ke luar. Aku disambut! Hehehe. Anehnya, sekarang kulihat Timy sangat aktif, suara meongnya lebih ceria; kulihat Pak Kumis, tambah gembrot, tambah usil. Seharian itu kuperhatikan mereka. Sekarang Timy jadi ketularan jail, dua-duanya jadi jail! Pak Kumis lagi diem, tiba-tiba Timy iseng ngintip trus nerjang kepala Pak Kumis, akhirnya aksi kejar-kejaran terjadi. Hahaha, senangnya hatiku…  Mereka sudah mulai akur. Timy sudah kembali seperti dulu. Berkat Pak Kumis. Thank you, PAK KUMIS… hiks XD

*****
Dari situ, aku jadi banyak belajar dari Pak Kumis. Gimana cara dia nanggepin sikap Timy yang judes.
Pak Kumis selalu periang, gak trauma akibat perlakuan majikannya dulu, Pak Kumis tetap ceria. hehe. I Like it :)

*****
Hmmm, sekarang aku lagi kepikiran terus soal Pak Kumis dan Timy, Setelah mereka akur, mereka jadi sering becanda berduaan, jarang main ke luar, gak tau udah pada punya gebetan atau belum. Mereka berdua, kan, sama-sama cowok. Sekarang akur banget... Makan berdua, tidur berdua, kemana-kemana sering berdua. Bahkan cuma sekedar Pak Kumis puf aja, sempat-sempatnya Timy ngikut. Hadeh... cape deh. Normal kah mereka???

Sepertinya harus diadakan penyelidikan lebih lanjut, dan hasilnya harus dibuat kembali dalam bentuk cerita: ‘Serial: Gebetan Timy dan Pak Kumis’. :D

But, thanks for reading 

(aL@Sukabumi:11/09/2014)

0 komentar:

Posting Komentar